Teori Belajar Behavioristik, Ciri-ciri, dan Tokoh-tokohnya
Dvcodes.com – Teori adalah seperangkat asas yang tersusun atas kejadian-kejadian tertentu pada dunia nyata. Teori memuat ide, konsep, prosedur, dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisa, dan diuji kebenarannya.
Belajar merupakan proses sadar yang dilakukan oleh individu dalam mencapai perubahan ke arah lebih baik.
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Belajar harus melibatkan individu secara aktif dan merevisi hasilnya sehingga menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat.
Sedangkan pembelajaran adalah suatu sistem yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar serta lingkungannya.
Teori belajar dapat diartikan sebagai suatu teori yang didalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan pembelajaran antara guru dan siswa.
Pengertian teori belajar ini terkait dengan perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas maupun luar kelas.
Kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan teori belajar yang tepat.
Apabila menelaah beberapa literatur, maka akan ditemukan sejumlah teori belajar yang lebih banyak bersumber dari aliran-aliran psikologi.
Teori Belajar Behavioristik
Ada banyak jenis-jenis teori belajar yang mendukung pembelajaran, salah satunya teori belajar Behavioristik. Teori Behavioristik termasuk salah satu teori belajar klasik.
Teori Behavioristik berpandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkat laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Behavioristik adalah salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental.
Behavioristik tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar, Peristiwa belajar semata-mata hanya melatih refleks, sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik
Di dalam teori Behavioristik, belajar yang penting adalah input (berupa stimulus) dan output (berupa respon).
Stimulus adalah segala sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan, karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Baca :
- Teori Belajar Konstruktivisme, Pengertian, Ciri, dan Tokohnya
- Teori Belajar Bermakna (Kognitif) Menurut David Ausubel
Dengan demikian, yang diamati hanyalah stimulus dan responnya saja. Apa yang diberikan oleh guru dan yang diterima oleh siswa harus dapat diamati dan diukur.
Teori Behavioristik mengutamakan pengukuran, karena pengukuran menjadi hal penting untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan tingkat laku tersebut.
Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Faktor penguatan (reinforcement) dianggap penting oleh aliran Behavioristik. Jika penguatan ditambahkan (positive reinforcement), maka respon akan menjadi semakin kuat.
Tokoh-tokoh Teori Belajar Behavioristik
Tokoh-tokoh aliran behavioristik, diantaranya adalah Edward L. Thorndike, John B. Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, Skinner, dan Albert Bandura.
1. Edward L. Thorndike
Edward L. Thorndike berpendapat bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus merupakan segala sesuatu yang merangsang terjadinya pembelajaran, seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh alat indra.
Sedangkan repson merupakan reaksi yang dimunculkan ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau tindakan. Teori Thorndike dikenal juga dengan teori koneksionisme.
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike, yaitu (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan. Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat suatu respon.
2. John B. Watson
Watson mengemukakan bahwa belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, akan tetapi stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur.
Watson mengakui adanya perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, tetapi tidak dianggap sebagai faktor yang perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
Watson adalah seorang penganut aliran behavioris murni. Kajiannya mengenai belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lainnya yang berorientasi pada pengalaman empirik, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
3. Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dengan respon untuk menjelaskan pengertian belajar, tetapi dikaitkan dengan teori evolusi.
Hull berpendapat bahwa semua fungsi tingkah laku bermanfaat untuk menjaga agar organisme tetap dapat bertahan hidup.
Hull mengemukakan bahwa kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive redukction) merupakan hal penting dalam kegiatan manusia.
Dengan demikian, stimulus (dorongan) dalam belajar juga selalu dihubungkan dengan kebutuhan biologis, meskipun respon yang muncul bermacam-macam.
4. Edwin Guthrie
Teori belajar yang dikemukakan Edwin Guthrie dikenal dengan hukum Kontiguiti, yaitu gabungan stimulus yang disertai tindakan, ketika muncul kembali akan diikuti oleh tindakan yang sama.
Guthrie menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan proses belajar. Menurut Guthrie, hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, sehingga perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar respon bersifat kuat dan menetap.
Guthrie percaya bahwa pemberian hukuman (punishment) pada saat yang tepat berperan penting untuk proses belajar.
5. Skinner
Skinner mengemukakan konsep belajar lebih lengkap dari tokoh-tokoh sebelumnya. Skinner mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan komprehensif.
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon dapat terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku.
Skinner berpendapat bahwa respon yang diterima tidak sesederhana seperti yang dikemukan tokoh-tokoh sebelumnya.
Menurutnya, stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon ini memiliki konsekuensi yang nantinya berpengaruh pada munculnya tingkah laku.
Dengan demikian di dalam memahami tingkah laku secara benar, harus memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya.
Skinner juga menjelaskan bahwa menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumit masalah. Setiap alat yang digunakan harus memerlukan penjelasan lagi.
6. Albert Bandura
Teori belajar yang dikemukakan oleh Albert Bandura dikenal dengan teori belajar sosial (social learning) atau disebut juga observational learning.
Teori ini relatif masih baru dibandingkan teori belajar lainnya. Bandura memandang tingkah laku tidak semata-mata refleks otomatis dari stimulus.
Tingkah laku juga terbentuk akibat hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut Bandura adalah bahwa yang dipelajari individu, terutama mengenal belajar sosial dan moral, terjadi melalui peniruan (imitation) dan contoh perilaku (modelling).
Bandura mengemukakan bahwa melalui pemberian reward dan punishment, maka seorang individu akan berpikir dan memutuskan memiliki perilaku sosialnya.
Demikian ulasan mengenai teori belajar behavioristik, ciri-ciri, dan tokoh-tokohnya. Semoga bermanfaat.